Monday, 29 February 2016

Bisa jadi saranku ketika di angkutan umum

terlalu banyak ceritaku di angkutan umum. hehe
jika kau ingin tau lebih ceritaku, kau bisa email aku.
kita bisa sharing disana.

dari semua kisahku, aku belum menggambarkan kepada kalian,
bagaimana aku di angkutan umum.

Tuesday, 23 February 2016

Ponselku ..

sungguh tidak adil rasanya,
jika hanya menceritakan aku yang dimudahkan.

Monday, 22 February 2016

Maha Penyayang

dari ketiga kisah yang terjadi,
aku selalu menyimpulkan makna,
aku tidak berfikir itu sekedar cerita.

Kisah 3

selanjutnya,
kali ini ceritaku di transportasi umum ber-AC
Taxi.
lagi-lagi aku sendiri.
wkwkwk hei ini bukan cerita jomblo menderita!

saat itu aku memakai jasa taxi dari bogor menuju rumah.
aku menggunakan taxi karena aku membawa barang-barang,
yang tak mungkin kugenggam dengan kedua tangan.
barang-barang dari kosan.
ya! masa kosku telah berakhir.

aku duduk didepan, disamping supir taxi.
aku mencoba memulai percakapan.
bapak supir taxi merespon percakapanku.
kami berkomunikasi.

Kisah 2

selanjutnya,
ketika aku pergi sendiri naik bus kota menuju bogor.
aku duduk dipojok dekat jendela.
perlu kalian tauu ..
tidur hampir menjadi kebiasaaanku
ini bukan kebiasaan yang patut ku banggakan
ku rasa ini akibat pola hidupku. jangan ditiru.

aku lagi lagi pergi sendiri.
dan aku tertidur di bus kota.
kali itu aku berangkat masih pagi, sekitar jam 7.
matahari belum terlalu bersinar.
aku tak kuasa untuk membuka mata.
aku bisa merasakan sesuatu bergerak, suara, dan lain sebagainya,
tapi aku ngantuk.

tiba-tiba ada tangan bergerak ke arah jendela.

Kisah 1

entah mengapa, kisahku di transportasi umum masih ku ingat saja.
ada beberapa yang berbicara padaku secara tiba-tiba.
bukan pembicaraan tak bermakna.

kisah pertama :
aku sedang menaiki angkutan kota menuju stasiun kereta.
aku duduk dipojok bangku dekat kaca belakang angkutan kota.
di depanku ada ibu, dari raut wajahnya sepertinya 5 tahun lebih tua dari mama.
aku sedang diam, menatap ke arah angkutan yang sedang berjalan.

ibu itu bersama temannya ngobrol tentang tetangganya.
terlihat memang ibu itu ibu-ibu yang aktif bicara.
bukan ibu yang diam dirumah.

beberapa saat kemudian,
tiba-tiba ibu itu bertanya kepadaku dengan senyum ramahnya,

Saturday, 20 February 2016

Aku ketika di angkutan kota

Ada ceritaku. Pengalaman pribadiku di angkutan kota.
Ketika aku masih SMA.
Waktu itu sepulang bimbingan belajar di suatu lembaga.
Hari itu, senja telah usai menyapa.
Langit mulai menunjukkan keindahan gelapnya.

Aku naik angkutan kota, dari pamulang-gaplek.
dilanjut lagi dari gaplek-cinangka.
Kisah ini ada di rute gaplek-cinangka.
Aku naik saat lampu merah.
Tepatnya, diperempatan gaplek, yang dari arah ciputat.
Mungkin sebagian kalian akan bingung mendengarkan penjelasan demikian.
Tenang ini bukan inti dari kisah yang ku ceritakan.

Aku duduk persis dibelakang supir angkutan.
Ketika aku duduk, ku dengar ada motor menggedor angkutan.

Curhat Colongan Supir Angkutan Kota

Salut !Aku kembali membahas transportasi umum.
Kali ini cerita dari mama.
Mama naik angkutan kota, biasa disingkat angkot oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Perjalanan mama, dari tka-nya menuju rumah.
Mama duduk disamping sopir.
Sang sopir bercerita tiba-tiba.

sekedar informasi,
sopir memulai cerita tiba-tiba itu tidak jarang kau temui
saat kau naik angkutan mereka

Kurang lebih begini curhat colongannya kepada mama,

Sang Pria

Aku terlalu membanggakan wanitakah?Oke, sepertinya aku harus menjelaskan lagi
bahwa aku sangat bangga pada pria

Pria bagiku sejatinya adalah simbol sumber kekuatan dunia.
Sekuat-kuatnya wanita, masih lebih kuat pria.
Ya, Pria ini pemimpin dunia.

Namun, pria tanpa wanita akan tidak berdaya.
Pernah ku baca, sejarah manusia,

Friday, 19 February 2016

Dari kereta terlihat kehebatan wanita

Aku berangkat jam 5 untuk naik kereta.
Sampai disana, aku sudah banyak bertemu para wanita.
Luar biasa.
Kami menunggu bersama di peron tujuan Kota.

Untuk pertama kalinya,

Kereta Kota

Hari ini aku keluar dari sangkar untuk sementara.
Seperti biasa, transportasi umum punya cerita.
Ya, kali ini aku akan bercerita seputar kereta.
Kereta Jabodetabek lebih tepatnya.

Berbeda dengan bus kota,

Definisi Kerja?

Lanjut berbicara seputar kerja, barusan aku berkelana (lagi)
ke suatu perpustakaan ternyaman (versi penulis) untuk saat ini.
Sebenarnya, tujuan utamaku bukanlah membaca seputar kata "kerja".
Melainkan, tentang budaya.
Ternyata kerja juga tak lepas dari budaya.
Ada beberapa yang ku kutip.

Wednesday, 17 February 2016

Protes Jakarta

Ada yang protes kepadaku ..
"Apa yang kau bilang bekerja?"
"Ada yang makan gaji buta."
Aku bilang semua bekerja, entah bagaimana cara mereka.

"Tidak adil."
Maaf, untuk adil, bukan aku penentunya.

Sudut Jakarta dari Bus Kota

Dari satu sudut jakarta, aku dapat melihat apa yang hidup didalamnya.
Aku ambil sudut dari bus kota.
Aku posisikan tubuhku dipinggir dekat jendela.
Mataku memandang ke luar dan ke dalam, terus begitu, bergantian.
Ada sesuatu yang kutemukan, yang mereka bilang itu perbedaan.
Aku bilang, tidak ada beda.
Orang di dalam dan di luar sama sama bekerja.
Hampir tidak tampak batang hidung yang diam tanpa tujuan.
Semua membara.
Ini hebat.

Ketika hujan, aku dalam bus kota.

Bukan kali pertama aku berkelana dengan transportasi umum di jakarta.
Berpapasan dengan berbagai orang didalamnya.
Tidak kenal, namun kami bersama didalamnya,
selama beberapa menit bahkan beberapa jam.

Aku memandangi mereka.
Ada wanita dan pria berpakaian rapih,
ku tebak mereka hendak bekerja di sebuah perusahaan atau lembaga pemerintahan.
Ada bapak-bapak tua memanggul dagangan,
cukup berat kelihatannya.
Lalu ada anak muda masuk bernyanyi dengan wajah laparnya.
Ada pula bapak tuna netra membawa tongkat sambil meraba-raba sekitarnya.
Bus ini tidak berpendingin, cukup dengan angin alam.

Aku duduk sesekali memandang keluar sesekali membaca buku yang ku bawa.
Hari ini hujan turun.
Akhirnya jakarta tidak terlalu tersiksa.
Matahari tidak terik seperti biasa, bahkan sedang bersembunyi dibalik awan.
Polusipun tidak begitu mencekik leher, karena rintik hujan turun
dan membawanya jatuh ke tanah.
Sebagiannya terbawa hembusan angin siang.
Aku larut dalam buaian atmosfer sekitar.

Hidupku dalam bus kota