Friday 24 November 2017

Ngobrol bareng temen 2

Hari ini aku kembali bermain bersama gitaris.

Seperti biasa, aku tipe pendengar.
(entah sejak kapan sok yakin bahwa tipe pendengar, padahal listening masih kurang).
Musik menghubungkan siapapun.
Yang tadinya tidak berinteraksi, bisa berinteraksi.
Yang tadinya akrab bisa jadi akrab.
That power of music.

Setiap aku berbincang dengan seseorang,
ada saja yang melekat dibenakku.
Entah itu hal positif maupun negatif.
Ini otomatis melekat.
Karena obrolan aku bukan obrolan wawancara,
just a chit chat.
So, apapun yang keluar tidak serta merta dibuat-buat.

Kali ini aku memetik perkataan gitaris ini.
Begini kira-kira percakapan yang mengalihkan pemikiranku.

Aku : kerja apa disana?
Dia : sejenis koperasi gitu
Aku : oohh enaknya gimana?
Dia : iya enaknya disini tuh gak macem macem, insyaAllah bersih lah, kan suka tuh diperkantoran tuh gak bersih, kantor gua yang dulu gitu, gak nyaman gua, karena gua tau ada penggelapan.
Aku : iyayah..

Biasa ajah ya?

hahahhaha

tapi aku terpukau loh. masih ada loh ternyata yang bertahan dengan prinsipnya.
ditengah orang-orang yang sibuk mengumpulkan uang tanpa peduli bersih enggak nya uang itu.
(bersih itu kiasan yaa.. bukan bersih karena dicuci atau baru keluar dari BI)
masih ada yang seperti itu. gak peduli keren nggaknya kerjaan. mewah nggaknya gedung kantoran.
besar kecilnya gaji yang diterima.
(padahal gak tau sihh dia peduli atau ngga, but...)
but, that's the point of view that i see.

mengetuk pemikiran gua.

Wednesday 15 November 2017

Manusia dan Hewan

Ada ilmuwan yang pernah berkata, manusia memiliki naluri ingin diakui.
Baik pengakuan keberadaannya atau pengakuan lain, yang jelas manusia perlu jujur akan hal itu.
Ada juga yang pernah menyebutkan manusia juga termasuk golongan hewan.
Menanggapi kedua pernyataan itu, aku ingin mengutarakan pemikiranku.

Manusia dan hewan memiliki kegiatan yang sama. Sama sama tumbuh dan berkembang biak. Sama sama memiliki organ yang jelas. Indra. Dan sama sama bergerak.

Namun ada perbedaan diantara keduanya.
Manusia memiliki keinginan lebih. Tidak cepat puas. Ingin melakukan suatu perubahan dalam hidupnya. Terus berpikir, bagaimana jika begitu bagaimana jika begini. Dan kadang merasa memiliki kedudukan tinggi diantara makhluk lainnya tanpa peduli dan menggunakan hati. Manusia butuh pengakuan. Bukan hanya sekedar sebuah sistem. Melainkan kenyataan.

Hewan selama hidupnya melakukan kegiatan tanpa memikirkannya. Hewan akan mencari makan ketika dia butuh makan. Hewan akan berproduksi ketika dia merasa birahi. Hewan tidak akan berubah daerah jelajah ketika dia sudah membuatnya. Hewan tidak akan mengganggu apabila tidak diganggu. Hewan akan melakukan kebiasaannya tanpa merasa bosan. Hewan memiliki rasa tapi tidak memikirkan dampak apa apa.

Jadi apabila ada berita hewan menyerang manusia. Dan bukan hewan yang diadili. Apa yang bisa dilakukan hewan setelah diadili? Tidak ada. Perilakunya akan sama. Jika mungkin ada trauma, maka akhirnya akan mati, hewan tak siap bertahan hidup.

Selain itu, menyerang pasti bukan serta merta niat hewan ingin membunuh. Melainkan karena merasa terganggu. Atau memang karena merasa itu daerah jelajahannya. Tempatnya hidup dan mencari makan.

Lalu menanggapi berita manusia mengasih makan hewan dan bahkan manusia mengasih miras ke hewan. Akupun berpikir apa maksud dari semua itu? Pengakuan seperti apa yang ingin ditunjukan manusia jenis itu? Ya tidak lain karena merasa memiliki kedudukan tinggi diantara makhluk lainnya. Hanya karena diberikan 1 kelebihan. Akal. Lantas manusia tersebut lupa memakainya.

Melihat sosial media yang semakin marak dikonsumsi. Sebagai media informasi kehidupan pribadi. Terlalu banyak efek yang ditimbulkan. Manusia menjadi memiliki keinginan tambahan. Ingin terlihat hidupnya seru. Ingin terlihat gaul. Ingin terlihat kece. Ingin terlihat susah. Ingin terlihat bekerja keras. Dann lain sebagainya. Sehingga lifestyle menjadi tujuan hidupnya setiap hari.
Sampai sampai lupa. Kalo kehidupan sosial bukanlah soal menunjukkan. Tapi soal memberikan dan menerima. Soal kasih dan sayang. Tidak bisa hidup jika tidak ada satu diantaranya. Tidak bisa hidup tanpa makhluk lainnya. Jangan ulangi lagi. Hewan itu makhluk lain yang perlu dikasihi.

Monday 13 November 2017

Bertahan atau Mengikuti arus

Dilema
suatu kondisi dimana terjadi perdebatan dalam diri, antara bertahan atau mengikuti arus.

Setiap orang hidup pasti memegang prinsiplah ya, ya ga?
Pasti ada hal hal dalam hidup kalian yang selalu kalian pegang,
kalian camkan.

Aku termasuk orang yang demikian.
Aku tipe pendengar.
Baik buruk sangat aku perhatikan.
Walau sesungguhnya baik buruk itu masih semu.
Nggak ada parameter pasti.

Jalan pintas. Jalan belakang.
Bagiku merupakan suatu cara buruk.
Ditengah orang-orang berbondong-bondong berjuang untuk mendapatkan sesuatu,
ada orang-orang yang memakai jalan pintas untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Tapi..........
disisi lain, jalan pintas bukan lagi pilihan.
Birokrasi yang mempersulit.
Persyaratan yang mendesak.
Setiap hari waktu tidak bertambah.
Setiap orang memiliki kemampuan berbeda.

Contoh : Ada seseorang yang capable dibidangnya, namun, dia memiliki kekurangan tidak dapat memenuhi satu aspek persyaratan. Yang seharusnya dia lolos cepat, menjadi lebih lama,
karena harus memenuhi persyaratan itu. Waktu bertambah. Pengeluaran bertambah.
Mungkinkah ini salah orang itu?

Dan dilema pun terjadi

Orang yang tadinya ingin jalan lurus, jadi berbelok.

Bagaimana kalian menyikapi?
Patutkah bertahan pada prinsip yang dipegang?
ataukah mengikuti arus dan lakukan perubahan kedepan?

Sunday 12 November 2017

Bantu dan Dibantu

Okay sebelum tidur mau nulis ah.
(Eh ini namanya ngetik deng).

Aku termasuk orang yang sungkan untuk meminta bantuan. Karena gaenak merepotkan orang.
Dann termasuk tipikal yang seneng ngebantu apabila orang butuh bantuan. I'm very welcome.
Berbicara tentang bantu membantu. Kadang selain gaenak ngerepotin orang, aku juga suka takut kalo orang itu berharap lebih. Entah berharap aku nanti bisa membantunya lebih atau lebih ke arah yang lain. Itu terlihat seperti beban bagiku.
Tapi disisi lain, aku masih manusia normal, makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.
I need somebody bahkan everybody.
Sewaktu waktu aku meminta bantuan ke orang yang menurutku bisa membantu.

Sekarangkan jamannya sosial media ya. Dengan mudah aku dapat melihat aktivitas orang disana. Walau tidak berjumpa, atau aktif bertegur sapa di sosial media, social media membantuku mengetahui kemanpuan seseorang. Maka, terkadang, aku suka tibatiba menghubungi orang karena aku tau dia bisa membantuku dibidang itu.
Begitu juga terhadap temanteman lamaku yang aku tau latarbelakang pendidikannya, aktivitasnya. Tanpa sungkan aku suka menghubungi meminta bantuan.
Begitu juga terhadap orang yang aku sukai atau yang suka padaku.

Jika kalian membaca ceritaku ini, seperti apakah aku? Apakah aku tipe orang yang datang karena ada perlu? Atau aku tipe orang pemberi harapan palsu? Bagaimana dengan kalian menanggapi fenomena ini? (Kenapa jadi fenomena sih 😐)