Friday, 24 November 2017

Ngobrol bareng temen 2

Hari ini aku kembali bermain bersama gitaris.

Seperti biasa, aku tipe pendengar.
(entah sejak kapan sok yakin bahwa tipe pendengar, padahal listening masih kurang).
Musik menghubungkan siapapun.
Yang tadinya tidak berinteraksi, bisa berinteraksi.
Yang tadinya akrab bisa jadi akrab.
That power of music.

Setiap aku berbincang dengan seseorang,
ada saja yang melekat dibenakku.
Entah itu hal positif maupun negatif.
Ini otomatis melekat.
Karena obrolan aku bukan obrolan wawancara,
just a chit chat.
So, apapun yang keluar tidak serta merta dibuat-buat.

Kali ini aku memetik perkataan gitaris ini.
Begini kira-kira percakapan yang mengalihkan pemikiranku.

Aku : kerja apa disana?
Dia : sejenis koperasi gitu
Aku : oohh enaknya gimana?
Dia : iya enaknya disini tuh gak macem macem, insyaAllah bersih lah, kan suka tuh diperkantoran tuh gak bersih, kantor gua yang dulu gitu, gak nyaman gua, karena gua tau ada penggelapan.
Aku : iyayah..

Biasa ajah ya?

hahahhaha

tapi aku terpukau loh. masih ada loh ternyata yang bertahan dengan prinsipnya.
ditengah orang-orang yang sibuk mengumpulkan uang tanpa peduli bersih enggak nya uang itu.
(bersih itu kiasan yaa.. bukan bersih karena dicuci atau baru keluar dari BI)
masih ada yang seperti itu. gak peduli keren nggaknya kerjaan. mewah nggaknya gedung kantoran.
besar kecilnya gaji yang diterima.
(padahal gak tau sihh dia peduli atau ngga, but...)
but, that's the point of view that i see.

mengetuk pemikiran gua.

Wednesday, 15 November 2017

Manusia dan Hewan

Ada ilmuwan yang pernah berkata, manusia memiliki naluri ingin diakui.
Baik pengakuan keberadaannya atau pengakuan lain, yang jelas manusia perlu jujur akan hal itu.
Ada juga yang pernah menyebutkan manusia juga termasuk golongan hewan.
Menanggapi kedua pernyataan itu, aku ingin mengutarakan pemikiranku.

Manusia dan hewan memiliki kegiatan yang sama. Sama sama tumbuh dan berkembang biak. Sama sama memiliki organ yang jelas. Indra. Dan sama sama bergerak.

Namun ada perbedaan diantara keduanya.
Manusia memiliki keinginan lebih. Tidak cepat puas. Ingin melakukan suatu perubahan dalam hidupnya. Terus berpikir, bagaimana jika begitu bagaimana jika begini. Dan kadang merasa memiliki kedudukan tinggi diantara makhluk lainnya tanpa peduli dan menggunakan hati. Manusia butuh pengakuan. Bukan hanya sekedar sebuah sistem. Melainkan kenyataan.

Hewan selama hidupnya melakukan kegiatan tanpa memikirkannya. Hewan akan mencari makan ketika dia butuh makan. Hewan akan berproduksi ketika dia merasa birahi. Hewan tidak akan berubah daerah jelajah ketika dia sudah membuatnya. Hewan tidak akan mengganggu apabila tidak diganggu. Hewan akan melakukan kebiasaannya tanpa merasa bosan. Hewan memiliki rasa tapi tidak memikirkan dampak apa apa.

Jadi apabila ada berita hewan menyerang manusia. Dan bukan hewan yang diadili. Apa yang bisa dilakukan hewan setelah diadili? Tidak ada. Perilakunya akan sama. Jika mungkin ada trauma, maka akhirnya akan mati, hewan tak siap bertahan hidup.

Selain itu, menyerang pasti bukan serta merta niat hewan ingin membunuh. Melainkan karena merasa terganggu. Atau memang karena merasa itu daerah jelajahannya. Tempatnya hidup dan mencari makan.

Lalu menanggapi berita manusia mengasih makan hewan dan bahkan manusia mengasih miras ke hewan. Akupun berpikir apa maksud dari semua itu? Pengakuan seperti apa yang ingin ditunjukan manusia jenis itu? Ya tidak lain karena merasa memiliki kedudukan tinggi diantara makhluk lainnya. Hanya karena diberikan 1 kelebihan. Akal. Lantas manusia tersebut lupa memakainya.

Melihat sosial media yang semakin marak dikonsumsi. Sebagai media informasi kehidupan pribadi. Terlalu banyak efek yang ditimbulkan. Manusia menjadi memiliki keinginan tambahan. Ingin terlihat hidupnya seru. Ingin terlihat gaul. Ingin terlihat kece. Ingin terlihat susah. Ingin terlihat bekerja keras. Dann lain sebagainya. Sehingga lifestyle menjadi tujuan hidupnya setiap hari.
Sampai sampai lupa. Kalo kehidupan sosial bukanlah soal menunjukkan. Tapi soal memberikan dan menerima. Soal kasih dan sayang. Tidak bisa hidup jika tidak ada satu diantaranya. Tidak bisa hidup tanpa makhluk lainnya. Jangan ulangi lagi. Hewan itu makhluk lain yang perlu dikasihi.

Monday, 13 November 2017

Bertahan atau Mengikuti arus

Dilema
suatu kondisi dimana terjadi perdebatan dalam diri, antara bertahan atau mengikuti arus.

Setiap orang hidup pasti memegang prinsiplah ya, ya ga?
Pasti ada hal hal dalam hidup kalian yang selalu kalian pegang,
kalian camkan.

Aku termasuk orang yang demikian.
Aku tipe pendengar.
Baik buruk sangat aku perhatikan.
Walau sesungguhnya baik buruk itu masih semu.
Nggak ada parameter pasti.

Jalan pintas. Jalan belakang.
Bagiku merupakan suatu cara buruk.
Ditengah orang-orang berbondong-bondong berjuang untuk mendapatkan sesuatu,
ada orang-orang yang memakai jalan pintas untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Tapi..........
disisi lain, jalan pintas bukan lagi pilihan.
Birokrasi yang mempersulit.
Persyaratan yang mendesak.
Setiap hari waktu tidak bertambah.
Setiap orang memiliki kemampuan berbeda.

Contoh : Ada seseorang yang capable dibidangnya, namun, dia memiliki kekurangan tidak dapat memenuhi satu aspek persyaratan. Yang seharusnya dia lolos cepat, menjadi lebih lama,
karena harus memenuhi persyaratan itu. Waktu bertambah. Pengeluaran bertambah.
Mungkinkah ini salah orang itu?

Dan dilema pun terjadi

Orang yang tadinya ingin jalan lurus, jadi berbelok.

Bagaimana kalian menyikapi?
Patutkah bertahan pada prinsip yang dipegang?
ataukah mengikuti arus dan lakukan perubahan kedepan?

Sunday, 12 November 2017

Bantu dan Dibantu

Okay sebelum tidur mau nulis ah.
(Eh ini namanya ngetik deng).

Aku termasuk orang yang sungkan untuk meminta bantuan. Karena gaenak merepotkan orang.
Dann termasuk tipikal yang seneng ngebantu apabila orang butuh bantuan. I'm very welcome.
Berbicara tentang bantu membantu. Kadang selain gaenak ngerepotin orang, aku juga suka takut kalo orang itu berharap lebih. Entah berharap aku nanti bisa membantunya lebih atau lebih ke arah yang lain. Itu terlihat seperti beban bagiku.
Tapi disisi lain, aku masih manusia normal, makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.
I need somebody bahkan everybody.
Sewaktu waktu aku meminta bantuan ke orang yang menurutku bisa membantu.

Sekarangkan jamannya sosial media ya. Dengan mudah aku dapat melihat aktivitas orang disana. Walau tidak berjumpa, atau aktif bertegur sapa di sosial media, social media membantuku mengetahui kemanpuan seseorang. Maka, terkadang, aku suka tibatiba menghubungi orang karena aku tau dia bisa membantuku dibidang itu.
Begitu juga terhadap temanteman lamaku yang aku tau latarbelakang pendidikannya, aktivitasnya. Tanpa sungkan aku suka menghubungi meminta bantuan.
Begitu juga terhadap orang yang aku sukai atau yang suka padaku.

Jika kalian membaca ceritaku ini, seperti apakah aku? Apakah aku tipe orang yang datang karena ada perlu? Atau aku tipe orang pemberi harapan palsu? Bagaimana dengan kalian menanggapi fenomena ini? (Kenapa jadi fenomena sih 😐)

Sunday, 22 October 2017

Ngobrol bareng temen 1

Hari ini, setengah hari aku di bogor.
Di sore hari menjelang malam, aku pergi bersama temanku.
Niat awal sih cuci mata.
Aku mau cari sepatu.
dan teman mau cari handphone.
Oke teman sudah survey harga handphone (v)
Tapi aku gak jadi cari.

Seperti biasa, selalu ada obrolan yang membuatku lupa.
Apalagi kalo udah ketemu temen ngobrol yang nyambung.
Susah berhenti.
Ada ajah yang diobrolin.
Yang awalnya curhat bisa jadi ngomongin orang ngomongin negara daan lain-lain.

Karena kami menggeluti basic bidang yang sama, yaitu lingkungan dan kehutanan.
Maka, kami lebih banyak membahas tentang itu.
Keprihatinan kami sama.
Kami sama sama prihatin dengan isu lingkungan yang buruk.
Pembangunan yang tidak ramah lingkungan yang kami sendiri tidak dapat hindari.

Pernah gak sih kalian mau bangettt berbuat sesuatu, tapi gak punya power?

Menanggapi isu lingkungan, aku langsung fokus ke alam.
Walau secara harfiah, lingkungan bermakna luas, tidak hanya seputar alam.
Bagiku, menanggapi isu lingkungan sama dengan memperbaiki alam.
Mencari tahu bagaimana caranya agar segala kebutuhan terpenuhi tanpa mengorbankan kerusakan alam.
Banyak orang yang berpikir ini sulit. Harus ada yang dikorbankan.
Populasi semakin meningkat. Kebutuhan semakin tinggi. Bla bla bla bla
Aku gamauuu ... (loh loh sewot gini yak)

Yah, aku baru bisa ngomong, belum punya power.
Aku berpikir begini. Kita semua sama sama tau kebutuhan akan alam itu sangat besar.
Dapat dikatakan seluruh kebutuhan kita berasal dari alam.
Mulai dari sandang, pangan, papan samapai tempat colokan (Kutip twit Bapak Ridwan hehee).
Lalu yang aku heran, masih ada orang-orang yang udah tahu tapi gak mau tahu.


Saturday, 21 October 2017

Sudut Pandang Driver Online

Aku ingin mencatat penglamanku di angkutan umum lagi...

Kali ini angkutan online. 2017. era globalisasi. mulai popular angkutan online.

Saat itu, aku baru selesai mengisi acara wisuda.
Aku hendak melanjutkan penelitianku di laboratorium.
Dengan kondisi handphone skarat batre,
aku bertanya kesana kemari,
"apakah ada yang mau ke kampus? nebeng dong"
sebenernya bisa sih minta pesenin ojek online,
tapi aku males, gak tau kenapa.
Akhirnya aku dapat tumpangan.
Bersama kakak kelas yang hendak foto bareng sama dosen pembimbingnya yang saat itu sudah ada dikampus.
Kamipun meluncur ke kampus.
Kakak itu mau bertemu dosen.
Aku mau ke laboratorium.

Sesampainya di kampus.
Aku benar benar merasa lelah.
Dengan bawaan tas ransel (isinya baju nginap), biola.
dan kondisi ku memakai sepatu berhak, serta kondisi yang amat sangat kelaparan.
Aku bersandar ditembok kelas, sebelah laboratorium.
Karena saat itu, kelas itu yang terbuka. Sedangkan laboratorium terkunci.
Aku pun berinisiatif untuk mencharger handphone.

Hufftt .. masih terbayang lelahnya saat itu.

Aku coba menghubungi pihak lab menanyakan kunci lab, sambil mencoba berusaha menghabiskan makanan, karena sesungguhnya selera makanku sudah terganti dengan sakit kepala dan lelah.
Aku sangat mengatur nafasku saat itu.
Lalu aku memutuskan untuk tidak jadi melanjutkan pengukuranku di laboratorium.
Aku pun menghubungi lagi pihak lab bahwa aku gak jadi ngelab.
Kemudian aku berpikir bagaimana aku pulang.
Dengan angkotkah? buskah? ojekkah? atau mobil online?

Kondisi :
Cuaca mendung
Bawaan cukup banyak dan berat
Sepatu terlalu cantik untuk kuajak berjalan diaspal
Fisikku jelas lagi tidak fit

Dengan angkot? Tidak. Harus naik turun. Bisa dibayangkan akhirnya bagaimana.
Dengan ojek? Tidak. Angin saat naik motor dengan perjalanan jauh. Belum lagi cuaca mendung. Mengancam nasib biolaku. dan aku selanjutnya. haha
Dengan bus? Tidak. Bus sangat jarang belakangan ini. selain itu, sering penuh. Aku tidak sanggup melindungi segala yang aku bawa dan menguatkan diriku.
Yap yang terakhirlah pilihanku.
Mobil Online.
Aku memesan, driver datang menjemputku tepat tidak jauh dari kelas tempatku beristirahat.
Sangat menolongku.
Walau harganya jauuuuuh dengan harga transportasi yang biasa aku naiki.
Tapi, ini sangat membantu aku mengurangi bebanku.

Sesampainya dimobil. Aku sangat teramat lelah. Kuselonjorkan kakiku.
Dan ku turunkan sandaran bangku.
Drivernya saat itu menyapaku. Mengawali percakapan.
Sesungguhnya aku bermaksud untuk tidur sejenak selama perjalanan.
Tapi sepertinya driver tidak merestui. Karena sepanjang perjalanan driver membahas segala hal.

Awal percakapan, aku hanya menanggapi seadanya.
Karena yang dibahas seputar alamat dan aku.
Lalu obrolan semakin menarik ketika dia membahas tentang dirinya, lalu kami membahas negara.

Driver ini masih muda, tingginya mungkin 160 cm, badannya cukup kurus (tidak terlalu kurus).
Kelahiran 93. Which is 1 tahun lebih tua dariku.

Yang menarik bagiku ketika dia mengutarakan sudut pandang dia tentang kuliah ekonomi.
Dia mahasiswa ekstensi yang berhenti kuliah.
Dia bilang tidak mudah kuliah sambil kerja, dan alasan lain yang aku sendiri lupa.
Tapi dia berpikir saat kuliah ekonomi, kelasnya memang kelas karyawan, yang rata-rata bekerja, kerja sambil kuliah, bukan kuliah sambil kerja, dia melihat sebagian dari mereka saat itu, kuliah hanya formalitas belaka, untuk jenjang kerja lebih baik.
Lalu dia berpikir, seharusnya para lulusan ekonomi membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Mewujudkan mimpinya  bukan mimpi orang lain.
Lalu kami membahas bangsa dan sejarah.

Yang ku petik dari obrolan ini adalah, aku merasa senang, bertemu dengan para pemuda yang masih respect dan peduli terhadap isu-isu kenegaraan. berpikir kedepan.
Aku merasa lega. Optimisme itu masih ada.

Friday, 20 October 2017

Berpikir baik dan buruk

Pernah gak sih kalian takut dengan apa yang kalian ucapkan itu akan terjadi?
atau malah berkebalikan dengan apa yang kalian ucapkan.


Aku sempat dihadapi oleh situasi dimana,
Kata kataku yang selalu positif, sudut pandangku yang aku arahkan ke arah positif,
menjadi sesuatu dilema, karena aku dihadapi oleh keadaan yang sulit.
Dalam hal ini, sebagai sudut padang pembaca, mungkin kalian bertanya-tanya apa sih yang aku hadapi.
Sebenernya bisa dikatakan ini hal sepele.
Tapi aku merasa ini sulit karena aku masih terus mengalaminya.
Entah karena belum menemukan solusi yang tepat.
Atau sesungguhnya aku belum menjawab.

Seperti, aku mengutarakan empatiku dalam kata-kata.
Mungkin ada orang yang dari situ menilai aku berempati tinggi.
Lalu, aku melihat diriku, aku menyadari dalam beberapa hal aku merupakan orang yang tidak terlalu refleks, respect dan respons.
Akupun berpikir, apa empatiku harus diasah terus,
atau aku perlu berhenti mengutarakan apa yang aku alami?

Aku yang berkata membeli jualan pedagang konvensional tidak membuat jatuh miskin, atau membuat yang menjual jadi kaya raya melebihi pembeli.
Disini aku pribadi belum sepenuhnya mudah membantu atau membeli sesuatu.
Aku berkata begitu karena aku berpikir, mengapa perlu saling membantu, apa dampaknya, dan aku rasa aku perlu mulai mengutarakan itu agar jika aku lupa orang lain bisa mengingatkanku.

Pada hari yang sama mama bercerita,
"Mama kepikiran, mama nolak naik ojek berangkat dan pulang tadi, mama gaenak deh, mama kepikiran omonganmu, membantu tidak membuat jatuh miskin atau membuat mereka kaya raya melebihi kamu, tapi mama sudah nolak, masa balik lagi"
Lalu aku diam sebentar dan menanggapi,
"Kadang memang dalam membantu ada sesuatu dorongan, krentek, yang menggerakkan".
Dan mama setuju, "Iya, abis itu mama berpikir juga, rejeki Allah yang ngatur, kita tidak perlu memikirkan itu. Akhirnya mama doain aja semoga rejekinya banyak"

Dari situ aku mulai belajar.
Aku perlu memupuk rasa empati itu. Empati terkait dengan hati. Ketika hatiku berbisik kebaikan, sudah sepatutnya aku ikuti. Karena aku mempercayai kebaikan harus diikuti dan aku mempercayai ada alasan kenapa manusia diberikan hati. Namun yang lebih perlu aku benahi yaitu, tidak menyesali atau memikirkan akan menjadi baik atau burukkah yang sudah terjadi. Berdoa saja,

Bagaimana menurutmu?

Monday, 16 October 2017

Berbicara tentang pangan

Hai hai hai hari ini tepat hari pangan sedunia.
Aku sebagai lulusan institut pertanian merasa perlu mengucapkan
"Selamat Hari Pangan Sedunia Everyone".

Dalam rangka memperingati hari pangan sedunia,
aku ingin mengutarakan apa yang ada dipikiranku selama ini tentang pangan,
Berbicara tentang pangan, semua tahu bahwa pangan kebutuhan semua umat manusia.
Maka, permasalahan pangan merupakan permasalahan semua umat manusia.
Mungkin pembuat onar hanya sejumlah jemari manusia. Tapi dampaknya seluruh dunia.
Terdengar berlebihankah? Tidak.

Ketika kestabilan pangan tidak tercipta, akibat adanya mafia dan oknum penyelundupan dan penimbunan bahan pangan.

Oh please stop it.
Kalian para mafia dan oknum yang korupsi, mulailah berempati.
Lihat banyak orang kecil mengais rejeki, dari pangan yang mereka jual kesana kemari.
Aku melihat sendiri, bapak tua berjalan kaki di siang hari, menjual jagung rebus yang dipikul sendiri.
Sedang kalian para mafia dan oknum yang korupsi, masih sibuk mengatur strategi, untuk kantong pribadi.
Ketika para pedagang di pasar menanti, dagangan laris dibeli, dan petani dalam negeri sejahtera setiap hari.

Sependapat dengan Hate You Give

Beberapa minggu yang lalu aku nonton videonya ka gita savitri tentang hate you give. Daan aku sependapat dengan ka gita.

Aku inget, masa masa aku mulai menilai seseorang. Segala hal negatif yang orang tua bilang, jika itu dilakukan oleh seseorang, aku bisa langsung menilai orang itu buruk. Namun, mulai dari masa-masa smp aku mulai bertemu banyak orang dengan berbagai karakter fisik dan kebiasaan. Aku bertemu orang yang minum (miras), merokok, bercakap dengan bertato, bertindik, gimbal, berantakan, orang yang kalo jalan sempoyongan, malas-malasan, atau yang dagunya terangkat, dan jarang banget senyum.

Aku memang bukan tipe orang yang ngajak ngobrol duluan jika bertemu dengan orang. Tapi ruang membuat ku bisa melihat sisi lain dari setiap orang. Ekspresi ketika bercerita. Katakata ketika beropini. Tata krama yang mungkin orang 'baik' suka lupa untuk melakukannya.

Di setiap perjumpaan, hal yang paling gua kenang yaitu ucapan, walau hanya satu paragraf atau bahkan satu kalimat. Orang bisa saling tahu dalam 1,2,3 detik. Tapi tidak saling mengenal.

Yap. Gak bisa dipungkiri, opini publik mudah sekali ngebrainwash hingga kita jadi sependapat dan lantas menghujat.

Aku suka membaca opini dan sangat suka membaca fakta. Bagiku opini merangsang  otakku untuk beroperasi. Aku jadi termotivasi untuk mencari tahu masalah yang terjadi. Namun ada hal hal lain yang membuat opini terlihat sesuka hati. Itu yang mengganggu, karena itu salah satu sumbu yang memicu api kemarahan sehingga langit menjadi kelabu. Membahas perbedaan tidak akan selesai. Selama orang yang berbeda tersebut tidak mengganggu hak kita atau hidup kita, mengapa harus kita sertakan itu sebagai faktor dari masalah yang terjadi.

Mengendalikan diri itu penting, berpikir luas itu baik. Ayo berprinsip dan jadi lebih baik fil. #selfreminder

Sunday, 10 September 2017

Belajar dari Alam (Part 1)

Kemarin malam Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan.
Minggu malam yang menyenangkan.
Aku melihat postingan beberapa teman yang menunjukkan syukurnya akan adanya hujan.
Ya, kami menanti hujan.

Melihat siklus alam yang tidak stabil belakangan ini,
aku mengerti ada yang tidak beres dengan para penghuni bumi.
Bumi itu satu biosfer.
yang menurut turunan susunannya,
ada manusia, tumbuhan, hewan, dan segala sebutan kingdom lainnya.

Hujan terjadi akibat proses siklus hidrologi.
Sebuah siklus tentu satu sama lain saling terkait.
Jika salah satunya bermasalah.
Maka, siklus akan merubah tahapannya.
Yang tadinya bulan-bulan berakhiran ber itu bulan-bulan diguyur hujan.
Saat ini hujan jarang mengguyur.
Udara siang hari justru panas menyengat.

Alaminya sebuah proses, aku ambil contoh siklus hidrologi.
Komponen yang berperan diantaranya air, angin, tanaman, tanah, matahari.
Masing-masing komponen memegang peran masing-masing.
Matahari memberikan energi panas ke bumi sehingga terjadi penguapan,
penguapan umumnya dilakukan oleh air laut dan tanaman.
Hingga membuat awan jenuh.
Lalu angin membawa menyebar uap hingga jenuh disuatu daerah.
Dan yap, turun hujan.
Masing-masing menjalankan perannya dengan baik.

Dalam siklus, manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup yang mampu memegang kendali ini.
Se-ha-rus-nya.
Namun terlihat, sebagian manusia, belum memahami seberapa penting perannya,
seberapa penting keputusan yang diambilnya.
Hanya memikirkan bagaimana dirinya.
Yang sebernanya, jika dipikirkan kedepan, keputusan egois tersebut juga akan merugikan dirinya.

Namun kini,

Tumbuhan yang sudah kekurangan lahan terlihat seperti kualahan menghadapi angin.
Angin bergerak tak terkendali.
Titik jenuh awan berubah haluan.
Terjadi hujan besar-besaran disuatu daerah.
Lalu, banjir disebut bencana alam.

Tumbuhan tidak lagi memiliki rombongan, suhu yang semakin tinggi membuat tumbuhan cepat haus (sama seperti manusia), cadangan air habis. Tumbuhan kekurangan unsur air, dan ia pun terbakar ketika gelombang cahaya matahari memancarkan energi panasnya.

Belum lagi tanah, yang tidak mampu bertahan dari angin, gravitasi, dan gesekan antar lempeng bumi.
Sehingga longsor terjadi. Karena akar tanaman telah pergi.

Lalu air, pembangunan tidak merata, supply air juga tidak merata.
Yang mengherankan mengapa daerah yang masih belum banyak pemukiman bisa kekurangan air?
Ya, warga kota yang telah terbangun, menguasai alam mereka,
mengolahnya tanpa peduli dampak lingkungan bagi mereka, warga sekitar.
Jadi, kekeringan mungkin terjadi.

Suhu bergantung dengan hujan, angin, tumbuhan, tanah, makhluk hidup lainnya,
begitu juga dengan kelembaban.
Apabila disuatu daerah hujan jarang terjadi, akibat penguapan oleh tumbuhan dan tanah yang berkurang, dan jumlah tumbuhan kurang dari yang seharusnya ada, sehingga angin tidak karuan,
maka saat matahari berada tepat didaerah tersebut, energi panas dari gelombang cahaya matahari itu akan langsung terpapar, dan suhu tinggi.

Alam memiliki kemampuan memperbaiki dirinya sendiri.
Dan memang benar demikian.
Banjir, gempa bumi, volcano, tsunami, badai angin, mungkin begitu caranya.

Kira-kira begitulah dari kacamataku.
Kacamata warga tropis.
Warga sub-tropis pasti memiliki permasalahan cuaca dan bahkan iklim yang berbeda.
Tapi berbicara alam, itu tidak ada batasan.
Karena kita dalam satu naungan biosfer.
Kumpulan bioma.
Bumi.

Sebagaimana alam bekerja sesuai perannya, akupun mencoba begitu.

Monday, 20 March 2017

Angkutan Konvensional vs Angkutan Online

Hallo blogger!!
udah lama ga bersua disini.
postingan ku kali ini lagi lagi cerita ku seputar transportasi umum
hehehe aku junga bingung kenapa cerita ku selalu seputar transportasi umum.

kegiatanku diluar rumah hari ini dimulai pukul 11 siang.
destinasi pertamaku Bank. mama meminta bantuanku membayar tagihan internet.
aku merupakan tipe orang yang suka ngepas-pasin waktu.
walau jatohnya lebih sering jadi terlambat karena mepet.
jadi, aku berangkat jam 11 karena perhitunganku nanti aku sampai kampus tepat waktu.
jadwal kuliahku hari ini pukul 13.30 WIB mata kuliah silvikultur lahan bekas tambang.
oke, selesai dari bank jam 12an. perhitungan masih tepat.
banknya berlokasi di gaplek. rute selanjutnya parung.
aku tiba di parung jam 12.30 WIB. perhitungan masih tepat.
perjalanan menuju kampusku bisa ditempuh selama 1 jam dengan angkutan kota.

Namun...
perhitungan mulai melenceng disini.
Ternyata angkutan kota tidak beroprasi.
Awalnya aku gak tau. Aku baru menyadari ketika sudah menunggu sekitar 5-10 menit.
Memang aku sudah mulai curiga melihat banyak orang-orang dipinggir jalan entah menunggu apa.
bahkan anak-anak sekolah banyak yang berjalan kaki.
Hingga akhirnya aku bertanya pada bapak disebelahku yang juga sedang menunggu sesuatu di pinggir jalan.
"Pak, gak ada angkutan ya pak?"
"Iya, pada mogok"
Lalu orang dengan motor menyambar obrolan,
"Iya neng pada mogok sampe besok, emang neng mau kemana?"
"Ke daerah yasmin pak"
"Wah sama kaya bapak ini, naik ojek aja neng, yuk"
Bapak itu dengan penuh semangat menawarkan diri.
Jelas aku gamau.. karena jelas harganya akan jauh lebih mahal dari ongkosku biasanya.
Aku lama terdiam.
Ku putuskan membeli pulsa dan menghubungi mama.
Aku juga line ade, meminta bantuan anter ke kampus dengan vespanya.
Tapi vespanya lagi rusak.
Hmmm banget.
Akhirnya ku putuskan memesan ojek online.
Harganya lumayan banget sih. Tapi memang lebih mending dari pada ojek pangkalan.
-
-
Jadi gini blogger, mogoknya para supir angkutan kota dan bus kota itu disebabkan semakin berkurangnya sewa, yang mereka duga karena semakin banyaknya sewa beralih ke transportasi online.
Aku sendiri belum dapat memastikan sih dugaan mereka benar atau nggak.
Tapi berdasarkan apa yang aku liat dari orang-orang disekitarku, memang mereka lebih banyak memilih transportasi online dengan pertimbangan kenyamanan, kecepatan dan promo-promo harga yang ditawarkan.
-
-
Balik lagi ke kisahku, karena alasan mogok yang demikian, maka para pengemudi ojek online beroprasi tanpa menggunakan atribut.
Saat itu ramai ojek pangkalan dimana mana, aku sempat kebingungan dan agak sedikit khawatir ada kerusuhan jika aku ketauan naik ojek online.
Tapi akhirnya aku bertemu dengan ojek pesananku.
Ojekku melaju, sangat membantuku mengejar keterlambatanku menuju kampus.
Bapak itu baik, pengertian. Maaf ya pak saya gak kasih uang tip. Tapi saya kasih doa.
-
-
Mengamati kejadian hari ini, berbagai komentar bermunculan dibenakku.
Begini hasil pemikiranku :
1. Demo atau mogok narik ini aku rasa tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Aku tidak yakin pemerintah memahami apa sesungguhnya akar permasalahan karena sebagian besar dari mereka tidak terjun langsung turut merasakan. (Heh Fildzah, optimis). Aku yakin pemerintah mampu memahami permasalahan yang terjadi dan memberi solusi agar segala pihak (khususnya pengemudi angkutan online dan pengemudi angkutan konvensional) dapat tetap menjalankan profesinya.
2. Kalo aku pikir-pikir demo ini justru menguntungkan pihak pengemudi online. Sayang banget para pengemudi konvensional tidak beroprasi. Padahal masih ada aku dan pelanggan lain yang membutuhkan.
3. Dari kejadian ini aku mulai menganalisa permasalahan.
Mengapa ini terjadi?
Oh karena sewa mereka berkurang

Apa pengaruh berkurangnya sewa kepada mereka?
Oh pendapatan mereka berkurang, sedang biaya hidup meningkat. Sebagai pengemudi konvensional aku melihat banyak uang yang mereka keluarkan. Selain bensin dan biaya makan minum, ada biaya yang mereka berikan kepada kenek atau orang yang membantu mengumpulkan sewa, ada biaya rutin yang mereka berikan kepada orang dipinggir jalan (entah itu berseragam atau bukan), ada biaya setoran kepada pemilik mobil.

Bagaimana cara mengatasi ini?
Ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.
Hal yang perlu diperbaiki yaitu seputar keuangan. Pemerintah bersama organda atau pengelola angkutan lain dan ahli keuangan perlu berunding seputar keuangan. Mungkin bisa dengan cara mengurangi jumlah uang yang harus disetorkan, memfasilitasi para pengemudi angkutan biaya kesehatan dan pendidikan anak. Memberi jadwal operasi angkutan, jadi tidak setiap hari semua angkutan beroprasi, agar setiap pengemudi bisa mendapat penghasilan maksimal setiap harinya, mengingat kegiatanku berada sekitaran Bogor, yang merupakan daerah padat angkutan.

Lalu Hal yang perlu ditingkatkan yaitu pelayanan. Pelayanan angkutan konvensional perlu ditingkatkan agar memberi kenyamanan kepada sewa. Penyuluhan, atau trainning seputar pelayanan aku rasa perlu, Pemerintah dapat bekerja sama kepada pihak trainner atau psikolog dalam hal ini. Pengemudi perlu dibekali ilmu bagaimana memberi pelayanan yang baik, sehingga menyadari pentingnya pelayanan yang baik. Mulai dari tutur kata, raut muka, simpati, sampai rasa syukur perlu terus ditanamkan. Sehingga sewa nyaman, dan merasa aman. Hal-hal baikpun menular.