Sunday, 10 September 2017

Belajar dari Alam (Part 1)

Kemarin malam Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan.
Minggu malam yang menyenangkan.
Aku melihat postingan beberapa teman yang menunjukkan syukurnya akan adanya hujan.
Ya, kami menanti hujan.

Melihat siklus alam yang tidak stabil belakangan ini,
aku mengerti ada yang tidak beres dengan para penghuni bumi.
Bumi itu satu biosfer.
yang menurut turunan susunannya,
ada manusia, tumbuhan, hewan, dan segala sebutan kingdom lainnya.

Hujan terjadi akibat proses siklus hidrologi.
Sebuah siklus tentu satu sama lain saling terkait.
Jika salah satunya bermasalah.
Maka, siklus akan merubah tahapannya.
Yang tadinya bulan-bulan berakhiran ber itu bulan-bulan diguyur hujan.
Saat ini hujan jarang mengguyur.
Udara siang hari justru panas menyengat.

Alaminya sebuah proses, aku ambil contoh siklus hidrologi.
Komponen yang berperan diantaranya air, angin, tanaman, tanah, matahari.
Masing-masing komponen memegang peran masing-masing.
Matahari memberikan energi panas ke bumi sehingga terjadi penguapan,
penguapan umumnya dilakukan oleh air laut dan tanaman.
Hingga membuat awan jenuh.
Lalu angin membawa menyebar uap hingga jenuh disuatu daerah.
Dan yap, turun hujan.
Masing-masing menjalankan perannya dengan baik.

Dalam siklus, manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup yang mampu memegang kendali ini.
Se-ha-rus-nya.
Namun terlihat, sebagian manusia, belum memahami seberapa penting perannya,
seberapa penting keputusan yang diambilnya.
Hanya memikirkan bagaimana dirinya.
Yang sebernanya, jika dipikirkan kedepan, keputusan egois tersebut juga akan merugikan dirinya.

Namun kini,

Tumbuhan yang sudah kekurangan lahan terlihat seperti kualahan menghadapi angin.
Angin bergerak tak terkendali.
Titik jenuh awan berubah haluan.
Terjadi hujan besar-besaran disuatu daerah.
Lalu, banjir disebut bencana alam.

Tumbuhan tidak lagi memiliki rombongan, suhu yang semakin tinggi membuat tumbuhan cepat haus (sama seperti manusia), cadangan air habis. Tumbuhan kekurangan unsur air, dan ia pun terbakar ketika gelombang cahaya matahari memancarkan energi panasnya.

Belum lagi tanah, yang tidak mampu bertahan dari angin, gravitasi, dan gesekan antar lempeng bumi.
Sehingga longsor terjadi. Karena akar tanaman telah pergi.

Lalu air, pembangunan tidak merata, supply air juga tidak merata.
Yang mengherankan mengapa daerah yang masih belum banyak pemukiman bisa kekurangan air?
Ya, warga kota yang telah terbangun, menguasai alam mereka,
mengolahnya tanpa peduli dampak lingkungan bagi mereka, warga sekitar.
Jadi, kekeringan mungkin terjadi.

Suhu bergantung dengan hujan, angin, tumbuhan, tanah, makhluk hidup lainnya,
begitu juga dengan kelembaban.
Apabila disuatu daerah hujan jarang terjadi, akibat penguapan oleh tumbuhan dan tanah yang berkurang, dan jumlah tumbuhan kurang dari yang seharusnya ada, sehingga angin tidak karuan,
maka saat matahari berada tepat didaerah tersebut, energi panas dari gelombang cahaya matahari itu akan langsung terpapar, dan suhu tinggi.

Alam memiliki kemampuan memperbaiki dirinya sendiri.
Dan memang benar demikian.
Banjir, gempa bumi, volcano, tsunami, badai angin, mungkin begitu caranya.

Kira-kira begitulah dari kacamataku.
Kacamata warga tropis.
Warga sub-tropis pasti memiliki permasalahan cuaca dan bahkan iklim yang berbeda.
Tapi berbicara alam, itu tidak ada batasan.
Karena kita dalam satu naungan biosfer.
Kumpulan bioma.
Bumi.

Sebagaimana alam bekerja sesuai perannya, akupun mencoba begitu.

No comments: