Lagilagi hal yang menyorotiku aku dapat ketika aku naik transportasi umum.
Hari ini adalah hariku yang amat produktif.
Dari pagi hingga senja aku beraktifitas diluar rumah.
Bertemu dengan banyak orang.
Cukup lelah, tapi nggak selelah yang diduga, kirain bakal nggak sanggup ngelewatin hari ini dengan berpuasa makan minum.
Hari ini aku ke Tridove (sekolah les musik di daerah ciputat). Sekitar jam 11 ke stasiun jurangmangu dengan tujuan stasiun tebet.
Ternyata hari ini tidak hanya aku yang produktif, kereta dari jurangmangu menuju tanah abang ramai (aku nggak duduk), dan dari tanah abang menuju tebet padat (aku gencet gencetan). Saking padatnya kereta, aku mendapati 3 orang didalam kereta (dengan timing kedatangan berbeda/datang dari stasiun berbeda) kehilangan hp. Copet memang bener2 sigap ya. Memperhitungkan waktu. Dan memperhatikan ruang gerak, agar apa yang udah ditargetkan tepat sasaran. Hmmm. Well, hikmahnya, berhatihatilah. Fokuskan diri dimana kita berada. Memperhatikan lingkungan sekitar sambil menjaga bawaan emang penting sih.
Kejadian tadi itu saat aku berangkat. Kemudian akupun pulang sekitar jam setengah 6. Naik kereta lagi. Aku masuk ke stasiun, sekitar 5menit kereta tujuan Jatinegara datang di peronku. Saat itu aku nggak naik kereta, aku diam ragu ragu mikirin keretanya ngelewatin tanah abang nggak ya, yang biasanya aku nanya ke orang perihal itu, tapi kala itu nggak. Al hasil, aku nggak jadi naik, keretapun melaju. Aku masih diam berdiri dengan posisi badan melawan arus orang-orang yang baru turun dari kereta tadi. Aku akhirnya menunggu kereta selanjutnya (Kalimat tersebut bermakna "yap, seharusnya aku naik kereta itu, karena kereta lewat stasiun tanah abang)
Diamku menunggu kereta mulai menunjukkan lelahku semakin kerasa, hari ini aku lama menggembol biola dan tas selama perjalanan kereta dan jalan kaki sekitar 1200 langkah (aku asumsikan langkahku 1 meter) dengan gembolan biola dan tas. Akupun duduk di bangku selonjor kaki (gatau sebutan bangkunya, ya menurutku bangku itu fungsinya untuk menyelonjorkan kaki, karena pantat cuma diganjel ajah nggak duduk nekuk seutuhnya).
Tidak lama aku duduk, aku melihat bapak tua jalan baru memasuki peron tempatku duduk. Bapak itu seperti mencari tempat singgah, seperti mau duduk. Karena memang aku duduk seperti mobil yang parkir nanggung, akupun menggeser memberi space untuk yang ingin duduk lagi, selain aku dan mba disebelahku. Benar. Bapak itu duduk disebelahku.
Tidak lama bapak itu duduk, bapak itu mulai menyapaku dengan pertanyaan umum, "masih kuliah atau udah kerja nak?" (Aku lupa sih nak atau de bapak itu bilang hehe ya begitulah kirakira). Akupun menjawab sambil memasang muka ramah. Jujur, entah, aku kalo diajak ngobrol sama orang baru dan bertemu tidak disengaja itu suka mikir maksud orang itu apa, gitu. Padahal itu hal yang baik. Tapi, ya.. berita kejahatan dengan berbagai cara itu memulai kewaspadaan itu. Oke lanjut ke percakapan aku dan bapak tua. Pertanyaan pun berlanjut lagi terkait kampus (karena aku bilang baru lulus kuliah), dan beberapa celotehan lain seperti mau kemana bapak itu, dan mushola stasiun. Sampai sesuatu dia keluarkan dari tasnya. Bapak tua itu sebelumnya berkata bahwa dia iseng iseng membuat soal bahasa inggris agar dia tidak pikun. Sesuatu yang dia keluarkan itu adalah kertas. Bapak tua itu dengan antusias menunjukkannya padaku, beliau bilang baru tadi difoto copy, beliau pun menjelaskan cara mengerjakan soalnya dan berulangkali meminta pendapatku. Aku merespon dengan positif. Daaan bapak itu berkata "ini buat ade (aku), terimakasih sudah merespon soal yang bapak buat", aku pun membalas terima kasih. Bunyi pengumuman bahwa kereta tujuan kami akan datang, beliau pamit dengan sopan karena ingin berdiri didepan gerbong umum. Sebelum pamit, beliau bertanya namaku siapa dan beliau memperkenalkan dirinya. Nama beliau Sutedja. Beliau menunjukkan singkatan di kertas yang diberikannya (std) .
Sampai saat ini aku masih berpikir, apa maksud dari pertemuan aku dan bapak itu. Kenapa Tuhan mempertemukanku. Aku serahkan pada Allah baik buruk. Hikmah yang aku dapat, kemandirian beliau (karena sudah tua, masih bersedia berjalan sendirian kesana kemari), kata kata beliau "biar gak pikun, makanya iseng iseng membuat soal bahasa inggris" seperti motivasi untukku untuk terus berinovasi agar otak ke upgrade, dan komunikasi sederhana yang berarti, ya dari percakapan singkat itu aku jadi mikir, mungkin terima kasih beliau itu diucapkan karena sebelumnya dia mengajak ngobrol tapi tidak direspon atau bahkan intensitas komunikasinya semakin kurang beliau dapatkan ketika umur semakin tua. Semua ini hanya asumsi dan pelajaran untukku dari kejadian yang ku alami.
Terima kasih
Diamku menunggu kereta mulai menunjukkan lelahku semakin kerasa, hari ini aku lama menggembol biola dan tas selama perjalanan kereta dan jalan kaki sekitar 1200 langkah (aku asumsikan langkahku 1 meter) dengan gembolan biola dan tas. Akupun duduk di bangku selonjor kaki (gatau sebutan bangkunya, ya menurutku bangku itu fungsinya untuk menyelonjorkan kaki, karena pantat cuma diganjel ajah nggak duduk nekuk seutuhnya).
Tidak lama aku duduk, aku melihat bapak tua jalan baru memasuki peron tempatku duduk. Bapak itu seperti mencari tempat singgah, seperti mau duduk. Karena memang aku duduk seperti mobil yang parkir nanggung, akupun menggeser memberi space untuk yang ingin duduk lagi, selain aku dan mba disebelahku. Benar. Bapak itu duduk disebelahku.
Tidak lama bapak itu duduk, bapak itu mulai menyapaku dengan pertanyaan umum, "masih kuliah atau udah kerja nak?" (Aku lupa sih nak atau de bapak itu bilang hehe ya begitulah kirakira). Akupun menjawab sambil memasang muka ramah. Jujur, entah, aku kalo diajak ngobrol sama orang baru dan bertemu tidak disengaja itu suka mikir maksud orang itu apa, gitu. Padahal itu hal yang baik. Tapi, ya.. berita kejahatan dengan berbagai cara itu memulai kewaspadaan itu. Oke lanjut ke percakapan aku dan bapak tua. Pertanyaan pun berlanjut lagi terkait kampus (karena aku bilang baru lulus kuliah), dan beberapa celotehan lain seperti mau kemana bapak itu, dan mushola stasiun. Sampai sesuatu dia keluarkan dari tasnya. Bapak tua itu sebelumnya berkata bahwa dia iseng iseng membuat soal bahasa inggris agar dia tidak pikun. Sesuatu yang dia keluarkan itu adalah kertas. Bapak tua itu dengan antusias menunjukkannya padaku, beliau bilang baru tadi difoto copy, beliau pun menjelaskan cara mengerjakan soalnya dan berulangkali meminta pendapatku. Aku merespon dengan positif. Daaan bapak itu berkata "ini buat ade (aku), terimakasih sudah merespon soal yang bapak buat", aku pun membalas terima kasih. Bunyi pengumuman bahwa kereta tujuan kami akan datang, beliau pamit dengan sopan karena ingin berdiri didepan gerbong umum. Sebelum pamit, beliau bertanya namaku siapa dan beliau memperkenalkan dirinya. Nama beliau Sutedja. Beliau menunjukkan singkatan di kertas yang diberikannya (std) .
Sampai saat ini aku masih berpikir, apa maksud dari pertemuan aku dan bapak itu. Kenapa Tuhan mempertemukanku. Aku serahkan pada Allah baik buruk. Hikmah yang aku dapat, kemandirian beliau (karena sudah tua, masih bersedia berjalan sendirian kesana kemari), kata kata beliau "biar gak pikun, makanya iseng iseng membuat soal bahasa inggris" seperti motivasi untukku untuk terus berinovasi agar otak ke upgrade, dan komunikasi sederhana yang berarti, ya dari percakapan singkat itu aku jadi mikir, mungkin terima kasih beliau itu diucapkan karena sebelumnya dia mengajak ngobrol tapi tidak direspon atau bahkan intensitas komunikasinya semakin kurang beliau dapatkan ketika umur semakin tua. Semua ini hanya asumsi dan pelajaran untukku dari kejadian yang ku alami.
Terima kasih
No comments:
Post a Comment